Monday 16 February 2015

Perilaku Azospirillum

Pertama sekali, bakteri ini mengolonisasi rhizosfer. Pelekatan pada sistem akar dimediasi oleh flagella dan setelah beberapa lama diikuti oleh penyatuan yang tidak dapat balik. Gambar 1 memperlihatkan model kolonisasi yang diusulkan oleh Steenhoudt and Vanderleyden. Flagella lateral tidak esensial pada fase penyerapan proses kolonisasi. Akan tetapi, bagaimanakah prilaku populasi bakteri pada sistem akar tanam ? masih tanda tanya. Apakah quorum sensing (QS) terlibat dalam proses? QS pernah terlihat mengatur pergerakan pada bermacam bakteri, khususnya Serratia (Reis et al., 2011) Pelekatan yang kuat dari Azospirillum pada akar tanaman merupakan faktor penting bagi asosiasi jangka panjang dengan akar tanaman. Ini dikarenakan tiga hal. Pertama, jika bakteri tidak melekat pada sel epidermis akar, maka senyawa-senyawa yang diekskresi oleh bakteri akan berdifusi ke daerah rhizosfer dan nutrisinya dikonsumsi oleh mikroorganisme lainnya sebelum mencapai tanaman. Ketika bakteri melekat pada akar, maka sebagian dari senyawa-senyawa tersebut akan berdifusi ke dalam ruang interseluler korteks akar. Kedua, tanpa pelekatan yang kuat, air dapat mengangkut bakteri sehingga menjauh dari daerah rhizosplan dan hidup sekarat di lingkungan tanah yang miskin unsur hara. Azospirillum pada umumnya hidup menderita pada kebanyakan tanah tanpa tanaman inang. Ketiga, daerah asosiasi pada akar tanpa Azospirillum melekat kuat menjadi rentan dari koloni lain yang agresif yang mungkin merugikan (Bashan dan Holguin, 1997). Belakangan diketaui bahwa sel-sel Azospirillum tidak terpencar oleh air perkolasi, tetapi terjerap ke dalam partikel tanah. Pada tanah jenuh air tanpa tanaman, Azospirillum tetap berada pada daerah inokulasi dan tidak bergerak. Oleh karenanya, masuk akal untuk berasumsi bahwa ada mekanisme penyebaran bakteri lain yang efisien, misalnya kemotaksis (Bashan dan Holguin, 1997). Gambar 1. Azospirillum melekat pada akar tanaman (Bashan dan Holguin, 1997). Pada kondisi tercekam, bakteri ini mampu membentuk cyst dan floc (agregat makro). Kedua bentuk tersebut meningkatkan daya hidup bakteri. Fenomena ini dapat terjadi akibat umur, kondisi kultur, metal beracun, atau cekaman air. Bentuk cyst Azospirillum brasilensis, yang awalnya dianggap dorman, dijumpai secara fisiologis aktif. Cyst ini mampu mengikat nitrogen tanpa kehadiran sumber karbon luar. Pada kultur yang terus menerus dan kondisi anaerobik, sel cyst Azospirillum brasilense SP-7 dan Sp-245 memperlihatkan aktivitas enzim nitrat reduktase (Cassa´n, 2011).

Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

Tinggalkan Komentar anda di Sini